Beberapa jenis air conditioner (AC) semakin langka di pasar. Kelangkaan ini bisa memicu kenaikan harga AC. Proses Persetujuan Impor (PI) yang molor ditengarai menjadi penyebabnya.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi menjelaskan bahwa, pandemi virus Corona (covid-19) adalah faktor penyebab terganggunya sebagian besar penerbitan proses PI di Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI.
Dijelaskan bahwa, pandemi memaksa Kemendag RI menerapkan rasio SDM yang masuk (bekerja) sebesar 25%-50%. Jumlah SDM yang terbatas tersebut adalah penyebab utama terhambatnya proses verifikasi dan berbagai persyaratan PI.
Terhambatnya proses verifikasi PI berdampak pada kelangkaan AC di pasar. Padahal, menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (GABEL) Daniel Suhardiman, mayoritas AC yang ada di pasar Indonesia merupakan AC impor. Pangsa pasar AC impor di pasar domestik mencapai 70%. Sedangkan produsen AC lokal hanya memiliki pangsa pasar sekitar 20% hingga 25% saja.
Baca Juga: Penjualan AC Daikin Meningkat 5% di Tahun 2019
Kelangkaan stok AC di pasaran diperkuat dengan pernyataan dari beberapa perusahaan elektronik pemasok AC di Indonesia seperti, PT Haier, PT Sharp, maupun ini PT Midea.
Import Manager PT Haier Sales Indonesia (HSI), Tjiputra Halim mengatakan bahwa, pihaknya telah mengajukan permohonan PI melalui laman http://inatrade.kemendag.go.id sejak September 2020 lalu. Namun hingga Selasa (10/11/2020), persetujuan impor yang mereka ajukan tidak kunjung keluar.
“Tidak ada keterangan apapun di sistem, selain status ‘proses distribusi ke pemroses,’ ‘requested.’” tambah Tjiputra Halim, pada Selasa (10/11/2020).
Proses pengajuan PI yang berlarut-larut ini tentu saja berpotensi menimbulkan kerugian. Namun, Tjiputra tidak menyebutkan secara terperinci berapa potensi kerugian akibat proses pengajuan PI yang berlarut-larut ini. meski Ia juga mengakui bahwa penjualan AC perusahaannya mengalami gangguan.
Tidak mengherankan, mengingat pasokan AC yang dijual HSI di pasar lokal, 100% adalah AC impor. Akibatnya, penjualan selama September-Oktober 2020 praktis hanya mengandalkan stok yang ada di gudang.
Persoalan serupa juga dialami oleh PT Sharp Elektronik Indonesia (SEID) yang mengaku telah kehilangan potensi penjualan dengan senilai lebih dari 100 miliar rupiah pada bulan Oktober 2020 lalu.
Karena, sama seperti HSI, 100% AC yang dijual oleh SEID di Indonesia juga merupakan AC impor yang dipasok dari China serta Thailand.
Dijelaskan oleh Andri Adi Utomo selaku Senior General Manager National Sales SEID, SEID selama bulan Oktober 2020 tidak melakukan penjualan AC karena stok AC di perusahaan sudah habis.
Disebutkan bahwa, semua impor AC Sharp berhenti untuk sementara waktu meskipun Purchase Order (PO) telah diajukan kepada pabrik pembuat.
Sedangkan PT Midea Planet Indonesia (MPI), melalui Marketing Communication Midea Planet Indonesia Hafizh Maulana juga mengatakan hal yang serupa, bahwa permohonan PI yang mereka ajukan juga belum dikabulkan.
Meski demikian, tidak seperti HSI dan SEID, MPI mengklaim bahwa tertundanya proses pengajuan PI tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap jualan AC perusahaan. Hal ini disebabkan karena MPI memiliki stok AC yang masih bisa memenuhi permintaan pasar saat ini.
Lebih lanjut, Hafizh Maulana selaku Marketing Communication Midea Planet Indonesia berharap. Kedepannya, pemerintah bisa lebih cepat mengambil keputusan dan langkah bijak untuk mencegah kelangkaan dan kenaikan harga AC di pasar lokal.
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Didi Sumedi menegaskan bahwa, terlepas dari jumlah SDM yang sangat terbatas, Didi meyakinkan bahwa PI impor AC tetap akan diterbitkan. Hanya saja, Ia tidak menyebutkan secara spesifik kapan PI importasi AC tersebut akan diterbitkan.
“Dalam waktu dekat akan keluar,” tegasnya.
Percayakan service AC dan peralatan elektronik rumah tangga Anda pada tim profesional kami di Jakarta Selatan. Dapatkan layanan berkualitas dan harga terbaik! Hubungi kami via WhatsApp! Ikuti kami di Google News